Sukses


Cegah Penyakit Difteri dengan Cara Ini!

Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular dan bisa mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.

Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini para ibu dengan anak balita dibuat khawatir lantaran penyakit difteri yang mewabah. Bagaimana tidak, pasalnya penyakit ini sudah merenggut puluhan anak dalam satu tahun belakangan.

Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular dan bisa mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Difteri biasanya terjadi pada tenggorokan, hidung, terkadang pada kulit dan telinga.

Kuman penyebab difteri yakni Corynebacterium diphtheriae, mengeluarkan racun yang masuk ke dalam aliran darah. Bakteri ini menyebar melalui tiga rute diantaranya:

  • Bersin. Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, uap yang terkontaminasi akan dilepaskan dan memungkinkan orang di sekitarnya untuk terpapar bakteri tersebut. 
  • Kontaminasi barang pribadi. Difteri bisa tertular melalui barang-barang pribadi orang yang terinfeksi. Misalnya, jika menggunakan gelas bekas penderita yang belum dicuci.
  • Kontaminasi barang rumah tangga. Meskipun jarang, difteri juga bisa menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, misalnya handuk atau mainan.

Simak juga: Mau Hidup Sehat? Inilah Daftar Perumahan dengan Fasilitas Olahraga Lengkap

Bila anak terserang difteri hingga dua minggu, racun tersebut bisa merusak aliran listrik yang membuat jantung bisa berdenyut. Kerusakan aliran listrik di jantung menyebabkan masalah pada denyut jantung.

Meski begitu difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus). Imunisasi ini diberikan sebanyak lima kali sejak anak berusia dua bulan hingga enam tahun. Lalu apa yang bisa dilakukan para orangtua agar anaknya terhindar dari penyakit ini? Simak ulasan dari Rumah.com di bawah ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ganti seprai setiap minggu

Mengganti seprai wajib dilakukan setiap minggu dan akan lebih sering jika anak atau anggota keluarga lainnya sedang sakit. Saat anak mulai berkeringat, dan keringatnya menempel pada seprai, segera ganti seprai tersebut karena sudah dipenuhi bakteri.

Membiarkan seprai dalam kondisi lembap akan membuat bakteri bertahan lebih lama bahkan mengundang tungau untuk menghuni area kasur. Tak lupa semprot kasur dengan obat nyamuk sebelum Anda memasangkan seprai kembali.

Bersihkan kamar mandi minimal setiap minggu

Bersihkan kamar mandi setiap tiga hari dengan karbol atau pembersih antibakteri untuk menyingkirkan kuman yang masih ada, apalagi mengingat kamar mandi cenderung lembap dan disukai bakteri. Baca juga: Jauhkan 8 Benda Ini dari Kamar Mandi!

Sikat, spons, dan alat pembersih lainnya di kamar mandi juga sebaiknya diganti secara berkala untuk menghindari adanya kuman di sikat tersebut. Sikat yang kotor akan membuat lantai kamar mandi ikut kotor dan berkuman.

Jemur kasurnya

Saat anak sedang tidak berada di kamar, segeralah jemur kasur dan bantal yang digunakan anak di bawah sinar matahari langsung untuk mematikan kuman.

Selain kebersihan kamar perlu diperhatikan, seluruh ruangan di dalam rumah seperti dapur dan ruang keluarga juga demikian. Untuk pilihan hunian sehat mulai harga Rp500 jutaan, simak pilihannya di sini!

3 dari 3 halaman

Tinggal di lingkungan yang sehat

Mencari rumah bukan hanya sekadar mempertimbangkan harga, desain arsitektur, dan fasilitasnya saja. Pertimbangkan juga lingkungan perumahan tersebut, apakah sudah bisa dikatakan bersih dan sehat.

Indikator sehat atau tidaknya suatu lingkungan perumahan bisa dinilai melalui lokasi, kualitas tanah dan air tanah, saluran air, pembuangan sampah, jalan, tempat bermain, binatang penular penyakit (vektor), dan penghijauan.

Salah satu perumahan yang mencakup indikator di atas ialah Pomentia Residence. Klaim sehat yang ditawarkan residensial ini dibuktikan dengan masih teduhnya suasana lingkungan karena banyaknya pepohonan, serta konsep saluran air yang tertutup.

Sehingga penghuni tidak akan melihat selokan yang menganga dan menimbulkan bau tak sedap bahkan sarang penyakit, karena semuanya tertutup rapi di dalam tanah.

Kategori penghuni di perumahan ini hampir 80%-nya merupakan first time buyer atau pembeli rumah pertama. Sedangkan 20%-nya adalah kombinasi antara upgrader dan investor. Mau tahu lebih dalam tentang perumahan ini? Baca di sini!

Selain Pomentia Residence, Anda bisa melirik Greenland Healthful Living yang merupakan hunian terintegrasi dengan healthy lifestyle. Cocok bagi keluarga muda yang mengutamakan kenyamanan dalam menjalankan pola hidup sehat.

Sesuai konsepnya perumahan ini dilengkapi dengan Herbs Garden, di mana jenis flora yang ditanam baik untuk taman lingkungan maupun taman rumahnya menggunakan jenis tanaman berkhasiat.

Komplek hunian ini juga memakai bio septic tank yang lebih ramah lingkungan, meminimalisir penyerapan bakteri coli ke air tanah.

Pilihan hunian di lingkungan sehat yang terakhir adalah Kebun Raya Residence. Hunian ini menyiapkan fasilitas-fasilitas eksklusif yang lengkap untuk Anda dan keluarga dengan mengusung konsep elegan, modern, dan bergaya hidup sehat.

Kebun Raya Residence berdiri di atas lahan hijau seluas 48 Ha, dengan pemandangan Gunung Salak yang indah. Tersedia berbagai tipe hunian salah satunya Tulip, tipe terkecil dengan luas bangunan 42m2 dan luas tanah 72m2 yang ditawarkan seharga Rp 565 juta.

Jika berminat dengan tipe tersebut, Anda bisa menghitung kemampuan Anda dalam mencicil secara cepat dan mudah melalui Kalkulator Keterjangkauan. Fitur ini akan memberitahu lama waktu angsuran yang ideal untuk Anda termasuk batas pinjaman maksimum.

Olahraga juga merupakan langkah penting agar Anda dan buah hati tercinta terhindari dari virus penyakit. Cek di sini untuk pilihan hunian harga di bawah Rp1 miliar dengan fasilitas olahraga!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.