Sukses


Masyarakat Tetap Incar Rumah Tapak di Bekasi

Hunian tapak yang memiliki ruang terbuka hijau, akan mampu memberi pengaruh secara psikologis bagi para penghuninya.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data BPS tahun 2017, jumlah penduduk kota megapolitan Jakarta mencapai diatas 10 juta jiwa. Dari jumlah ini, Ibukota masih harus menampung kaum suburban dari Bekasi, Bogor dan Tangerang yang mencapai jutaan.

Dengan pergerakan penduduk sebesar itu, Jakarta telah menjadi salah satu kota terpadat di dunia. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1% per tahun, diperkirakan ada pertumbuhan 100.000 jiwa setiap tahunnya.

Pertumbuhan jumlah penduduk sudah tentu akan berbanding lurus dengan kebutuhan hunian. Dengan wilayah seluas 662 kilometer persegi, Jakarta tidak akan mampu lagi memberikan lahan untuk hunian yang layak bagi penduduknya.

Kondisi ini, membuat harga properti khususnya residensial di Jakarta menjadi sangat mahal. Pada akhirnya, kawasan sisi luar seperti Bekasi bakal jadi tumpuan warga untuk memilih tempat tinggal, dengan resiko menjadi kaum suburban alias tinggal di Bekasi namun bekerja di Jakarta.

Simak juga: Memantau Dinamika Harga Rumah di Jakarta

Dampaknya, Bekasi secara perlahan tapi pasti, telah menjadi kawasan yang seolah menjadi satu dengan Jakarta. Bekasi terasa menjadi semakin dekat dengan Jakarta.

Tipe hunian di Bekasi pun mulai beragam, tidak hanya hunian tapak. Hal ini bisa dilihat dari berkembangnya pembangunan apartemen. Dari sisi lahan, hunian vertikal lebih menguntungkan karena tidak memerlukan lahan yang luas, berbeda dengan hunian tapak.

Akan tetapi hunian tapak jelas memiliki banyak kelebihan. Dengan memiliki halaman dan ruang terbuka hijau yang lebih luas, menjadikan rumah lebih tepat bagi kaum suburban yang setiap harinya merasakan kepenatan dan sesaknya udara Jakarta.

Hunian tapak yang memiliki ruang terbuka hijau, akan mampu memberi pengaruh secara psikologis bagi para penghuninya.

Menurut Psikolog Tika Bisono, “Jakarta sudah menjadi kota di mana perumahan kehilangan kenyamanan, dan ini disebabkan karena kesumpekan dan tidak ada halaman memadai. Bahkan tidak aman bagi anak-anak, karena tingginya kriminalitas di lingkungan.”

“Maka, dibutuhkan tempat tinggal dan ruang terbuka bagi anak-anak yang sehat, aman, dan luas. Ruang terbuka yang eco friendly, hijau dan bebas polusi, akan menjadi tempat yang mendukung tumbuh kembang motorik dan mentalnya,” cetusnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kesempatan Bagi Pengembang

Senada dengan kebutuhan tersebut, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha PT Timah (Persero) Tbk, sejak beberapa waktu lalu mulai mengembangkan Familia Urban.

Kawasan hunian tapak seluas 176 Ha di Mustika Jaya Bekasi ini mengedepankan ruang untuk anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Proyek ini sendiri baru saja melakukan soft launching, yang selanjutnya secara bertahap akan dilakukan serah terima rumah kepada pembeli.

Kepada Rumah.com, Eko Budisantoso, Direktur Timah Properti mengatakan, “Di tengah sengitnya persaingan di industri properti, kami melihat rumah tapak masih diminati dan dicari konsumen dibanding apartemen. Karakteristik masyarakat Indonesia yang ingin memiliki kehidupan menyatu dengan alam, membuat rumah masih menjadi pilihan utama masyarakat,” katanya.

Simak juga: Mau Rumah di Bekasi? Nabung Rp28 Ribu Per Hari

Timah Properti mengembangkan kawasan Familia Urban dengan pendekatan Walkable Neigbourhood, yaitu design approach yang memaksimalkan jarak tempuh (walking distance) terhadap fasilitas pelengkap hunian dengan berjalan kaki.

Idealnya, walking distance membentuk radius tempuh selama 10 menit berjalan kaki. Konsep ini akan mengorientasikan pedestrian sebagai sistem sirkulasi utama dalam perancangan kawasan.

Kawasan tersebut juga dikembangkan dengan pendekatan kenyamanan bagi penghuninya, di mana hanya 28% lahannya untuk kawasan residensial. Selebihnya untuk CDB 11%,  Ruko 5%,  Fasum Fasos 3%,  Greenery 11%, Pond 9%, Main Boulevard 11% dan jalan kawasan 22%.

“Sampai saat ini telah terjual sebanyak 170 unit dengan nilai penjualan kurang lebih Rp80 miliar. Target kami, di akhir tahun 2017 penjualan bisa mencapai Rp94 miliar dan di tahun 2018 penjualan direncanakan sebesar Rp132 miliar,” jelas Eko.

Syarat uang muka untuk beli rumah masih terlalu tinggi, bikin orang susah punya rumah. Bagaimana pendapat Anda? Suarakan pendapat Anda lewat survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index. Berhadiah total 10 juta untuk 5 pemenang!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.