Sukses


TOD Ciptakan Ruang Peradaban Baru

Selain kerugian ekonomi, kemacetan juga menimbulkan efek domino yang cukup serius. Salah satunya dampak psikologis.

Liputan6.com, Jakarta Berbicara tentang problem terbesar masyarakat Jakarta saat ini, semua akan sepakat bahwa kemacetan menjadi masalah serius dan terus menumpuk yang sulit teruraikan.

Secara ekonomi, kerugian yang ditimbulkan akibat kemacetan di Jakarta mencapai Rp28,1 triliun per tahun. Selain kerugian ekonomi, kemacetan juga menimbulkan efek domino yang cukup serius. Salah satunya dampak psikologis.

Rata-rata masyarakat Jakarta memerlukan waktu sekitar lima jam di jalan raya setiap harinya. Stres serta gangguan kesehatan, akan menghantui warga Jakarta yang dari Senin hingga Jumat bahkan hari libur harus mengalami kemacetan.

Padahal Jakarta ibarat magnet yang menjadi tujuan kaum suburban yang selama ini tinggal di sekitarnya, namun memiliki aktivitas harian di ibu kota.

Menurut BPTJ tahun 2016, jumlah kendaraan dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi ke DKI Jakarta mencapai 1,4 juta/hari. 423.000 (31%) unit dari Tangerang, 426.000 (32%) unit dari Bogor dan 571.000 unit (38%) dari Bekasi.

Demi menyiasati permasalahan klasik ini, Pemerintah telah mengambil langkah strategis dengan membangun sistem transportasi masal, baik itu commuter line, bus Transjakarta, hingga LRT/MRT yang diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang.

Tujuannya tak lain untuk mengurai kemacetan yang sangat merugikan, baik secara nilai ekonomi maupun fisik dan mental.

Pembangunan sistem transportasi masal seperti LRT, diharapkan akan mampu mengubah kehidupan masyarakat Jakarta dimana yang selama ini menggunakan sarana transportasi pribadi, beralih menggunakan sarana transportasi umum.

Layaknya sebuah kota megapolitan, Jakarta memerlukan kawasan yang dikembangkan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) sebagai solusi akan kondisi kemacetan yang ada.

Baca juga: 5 Keuntungan Tinggal pada Kawasan Hunian Berkonsep TOD

Dengan adanya kawasan TOD, masyarakat akan diuntungkan, baik untuk hunian maupun komersial, yang terintegrasi dalam satu kawasan dengan sistem transportasi masal.

Konsep TOD sendiri adalah sebuah konsep penataan kota yang dinilai paling tepat untuk solusi jangka panjang masyarakat Jakarta.

Dengan mengedepankan unsur Connect, Compact, Transit, Mix, Shift, Walk, Densify dan Cycle, kawasan TOD akan menjadi solusi baru bagi masyarakat yang tidak hanya memberikan kenyamanan bertempat tinggal, namun lebih dari itu, kawasan ini akan menjadi peradaban baru dalam kehidupan masyarakat kaum urban di Jakarta. 

Pengembang BUMN Ambil Andil

Sejalan dengan kebutuhan masyarakat kaum suburban terhadap kawasan hunian masa depan, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, melalui Departemen TOD dan Hotel, mengembangkan kawasan dengan konsep Transit Oriented Development dengan nama LRT City. 

Proyek ini dibangun dengan pendekatan pengembangan kota yang bersifat kompak, mengadopsi tata campuran (mixed use), serta maksimalisasi penggunaan angkutan masal LRT dengan dilengkapi jaringan prasarana pejalan kaki dan sepeda.

(Mau cari properti dekat stasiun LRT? Klik dan cari daftar pilihannya dengan harga mulai dari Rp500 Juta hanya di Perumahan Baru Rumah.com)

Kepada Rumah.com, Amrozi Hamidi selaku GM Departemen TOD dan Hotel, PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengatakan pengembangan superblok ini merupakan upaya perseroan dalam memberikan ruang baru untuk hidup yang lebih berkualitas.

“Kami memiliki beberapa lahan yang berlokasi di titik nol kilometer stasiun LRT Jabodebek, dan itu yang kami kembangkan untuk menjadi kawasan hunian dan komersial. Ini merupakan solusi yang kami tawarkan kepada masyarakat agar terbebas dari kemacetan yang semakin parah,” katanya.

Sementara itu Project Manager LRT City Sentul, Nanang Syafrudin Salim menjelaskan, dari sekian proyek hunian yang akan dibangun dalam LRT City, satu diantaranya yang telah melalui tahap groundbreaking adalah menara apartemen Royal Sentul Park.

Hunian vertikal ini dikembangkan di lahan seluas 14.8 hektare dengan konsep green smart living, yang terintegrasi langsung dengan stasiun LRT.

Tower apartemen pertama dibangun di lahan seluas 2,5 hektare dengan total unit sebanyak 1633 unit. Harga yang dipasarkan Rp360 juta untuk tipe studio. Sesuai dengan perencanaan pembangunan, apartemen ini akan selesai dan bisa diserahterimakan pada tahun Juni 2020,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini