Sukses


BI Catat Penurunan Suku Bunga KPA di Q1 2017

Suku bunga perbankan khususnya suku bunga kredit konsumsi dan suku bunga kredit kepemilikan flat/apartemen, secara umum pada triwulan I-2017

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan permintaan terhadap properti komersial terindikasi dari meningkatnya penyaluran kredit konsumsi sebesar 9,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (8,76%, yoy).

Berdasarkan jenisnya, peningkatan kredit konsumsi terutama dalam bentuk kredit kepemilikan flat/apartemen, khususnya tipe menengah (3,68%, yoy). Sedangkan penyaluran kredit pada apartemen tipe kecil dan besar justru mengalami kontraksi, masing-masing sebesar -9,41% dan -0,04% (yoy).

Suku bunga perbankan khususnya suku bunga kredit konsumsi dan suku bunga kredit kepemilikan flat/apartemen, secara umum pada triwulan I-2017 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Rata-rata tingkat suku bunga kredit pemilikan apartemen tipe kecil (≤21 meter persegi) sebesar 12,66% per tahun, tipe menengah (22-70m2) sebesar 11,54% per tahun, dan tipe besar (70m2) sebesar 10,26% per tahun.

Baca juga: BI Catat Peningkatan Demand Properti Komersial

Suku bunga kredit untuk pemilikan flat/apartemen seluruh tipe pada triwulan I-2017 ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Di mana pada triwulan IV-2016, survei yang dirilis Bank Indonesia justru mencatat adanya peningkatan permintaan terhadap properti komersial terindikasi dari naiknya penyaluran kredit konsumsi sebesar 8,76% (yoy).

Berdasarkan jenisnya, kenaikan kredit konsumsi terutama dalam bentuk Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), khusunya tipe kecil (14,75%, yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada apartemen tipe menengah dan besar justru mengalami kontraksi, masing-masing sebesar -0,57% (yoy) dan -3,33% (yoy).

Menurut Managing Partner Strategic Advisory Group dari Coldwell Banker, Tommy H Bastamy, penurunan suku bunga kredit yang terjadi pada sektor properti komersial di triwulan I-2017 senada dengan tendensi pasar yang belum bergerak ke arah signifikan.

“Pemerintah seharusnya sudah bisa memperbaiki hal ini dengan menambah pilihan pembiayaan yang selama ini masih bergantung pada perbankan saja. Sasarannya pun harus memenuhi kebutuhan kedua belah pihak, baik itu konsumen maupun pengembang, yang tujuannya akan mendorong performa dari sisi suplai, demand, hingga sisi affordability-nya,” ucapnya saat ditemui Rumah.com.

Ia mencontohkan, saat ini di samping pinjaman KPA dari perbankan, beberapa konsumen sudah ada yang beralih untuk mencari pinjaman lewat reksa dana sektor properti.

Lihat juga: 3 apartemen ini cocok bagi pekerja yang masih single dan berpenghasilan Rp6 juta

Terlebih indeks sektor properti dan sektor terkait bisnis properti tercatat sebagai sektor yang termasuk menghasilkan keuntungan (return) cukup besar, yakni lebih dari 20 persen dari awal tahun 2016. Hal ini seperti dikutip dari Bareksa.

Besarnya return kedua indeks sektoral ini masing-masing menghasilkan 20,97 persen dan 20,10 persen. Kemudian sektor industri dasar, termasuk industri semen yang berkaitan dengan bisnis properti, juga menghasilkan keuntungan 21,92 persen.

Keuntungan yang besar inilah, membuat sebagian reksa dana konvensional dan syariah memutuskan untuk tidak hanya menempatkan mayoritas aset saham pada sektor konsumsi, namun juga menaruh asetnya di sektor properti dan terkait bisnis properti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.