Sukses


Berani Nyicil Dana Liburan, Masa Tak Berani Nyicil Rumah?

Sedikitnya 25 juta keluarga di Indonesia hingga saat ini tak bisa membeli rumah. Jumlah ini setara dengan 40% dari total penduduk Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Traveling memang menjadi alternatif terbaik untuk melepas stres dan penat yang pasti dibutuhkan setiap orang. Setidaknya traveling atau bepergian dilakukan minimal dua kali dalam setahun. Destinasinya bisa ke luar atau tetap di dalam negeri, menyesuaikan bujet yang ada.

Bagi Anda yang gemar traveling, kegiatan asyik satu ini memang sah-sah saja dijadikan hobi. Meski demikian, tetap harus memperhatikan batasan pengeluaran dan jangan sampai pendapatan bulanan habis percuma tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Rumah, misalnya.

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2015, sedikitnya 25 juta keluarga di Indonesia hingga saat ini tak bisa membeli rumah. Jumlah ini setara dengan 40% dari total penduduk Indonesia.

Dengan asumsi rata-rata satu keluarga terdiri dari empat orang, maka ada sekitar 100 juta orang atau setara 40%‎ dari total jumlah penduduk Indonesia‎ yakni 250 juta orang tak mampu membeli rumah.

Ironisnya, menurut laporan Global Travel Economy tahun 2015 lalu, hampir setengah (46 persen) masyarakat Indonesia mengaku akan meningkatkan anggarannya untuk berlibur.

Baca juga: Jangan Biarkan Resolusi Beli Rumah Mengorbankan Bujet Liburan

Mereka bersedia mengeluarkan bujet lebih lantaran merasa liburan adalah sesuatu yang berhak mereka dapatkan. Laporan mencatat 53 persen masyarakat sudah banyak berhemat untuk bisa berlibur, dan 46 persen lainnya berencana untuk mengunjungi destinasi impian.

Hasil penelitian ini tentu berbanding terbalik dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang mengaku tak bisa membeli rumah baru, karena terkendala urusan uang muka yang dianggap terlalu besar.

(Ini dia, rumah di Bogor dengan DP 10%)

Padahal, mereka rela menabung atau mencicil uang sekian lama untuk liburan ke lokasi impian tapi tidak siap menabung untuk uang muka rumah idaman.

Mirisnya lagi, hobi traveling lebih banyak dianut oleh generasi Y (lahir 1980-1999) yang seharusnya sudah memprioritaskan rumah tinggal sebagai tujuan hidup.

Menurut Mike Rini Sutikno, perencana keuangan dari Mitra Rencana Keuangan, usia produktif mestinya menjadi masa yang paling baik untuk mencicil rumah. Contohnya kisaran usia 22 sampai 26 tahun.

Sehingga diharapkan, pada usia 28 sampai 30 tahun uang muka yang dibutuhkan sudah terkumpul dan siap mengajukan KPR.

Baca juga: Trik Gandakan Uang DP Rumah

“Seseorang yang baru lulus kuliah dan bekerja, gaji pertama harus mulai ditujukan untuk menabung uang muka rumah. Jangka waktu menabung untuk DP bisa ditargetkan minimal dua tahun. Karena kalau lebih dari itu, harga rumah bisa semakin melambung,” papar Mike melalui pembicaraan telepon dengan Rumah.com.

Ia menambahkan, “Cara paling mudah adalah dengan menyisihkan setengah dari uang gaji untuk ditabung membayar uang muka. Kekurangannya bisa didapatkan dari uang THR (Tunjangan Hari Raya) dan bonus tahunan perusahaan.”

Pasca uang DP terkumpul, Anda bisa mulai mengajukan KPR dengan menyisihkan maksimal 30 persen dari penghasilan tetap.

“Kalau sudah terbentuk disiplin menabung DP, nantinya Anda tidak akan kesulitan menyicil KPR bulanan,” ucap Mike.

Namun, bila Anda masih merasa kesulitan mengumpulkan uang muka dalam waktu dua tahun, masih ada beberapa cara yang wajib dicoba untuk menambah penghasilan dan pundi-pundi tabungan.

Misalnya ikut reksadana saham, menanam modal di bisnis teman dan meraup keuntungan per bulan, hingga berinvestasi emas.

Sebelum beli rumah, pastikan Anda sudah mengetahui detail perumahannya yang bisa disimak di Review Properti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini