Sukses


Rahasia Harga Properti Selalu Naik

Di tengah optimisme pasar yang membuncah di tahun 2017, diketahui ada 6 penyebab kenapa investasi properti lebih menjanjikan 'cuan'

Liputan6.com, Jakarta Bukan rahasia umum lagi jika harga properti selalu naik tiap tahun (bahkan per tiga bulan), meski kondisi perekonomian suatu negara tengah kurang stabil. Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan para investor dan spekulan untuk terjun ke bisnis properti.

Alasan lainnya, keuntungan yang didapatkan dari sektor bisnis ini juga berganda, dari kenaikan harga tanah atau capital gain dan kenaikan harga penggunaan atau sewa pertahun (rental yield).

Namun di tengah optimisme pasar properti yang membuncah di tahun 2017, diketahui ada 6 penyebab yang patut dipertimbangkan kenapa investasi properti lebih menjanjikan ‘cuan’ dibanding unit investasi lain.

Baca juga: 45% Masyarakat Indonesia Mengaku Belum Siap Beli Properti

Pertama, faktor luas tanah yang tak bertambah. Kebutuhan terhadap tempat tinggal terus bertambah dari tahun ke tahun. Namun, supply tanah di muka bumi tidak bertambah, bahkan berkurang.

Oleh karena itu, sesuai dengan hukum supply and demand, situasi tersebut membuat kenaikan kebutuhan dan harga-harga properti dari tahun ke tahun.

Kedua, jumlah penduduk terus bertumbuh. Jumlah populasi manusia di bumi yang terus membengkak dan tidak dibarengi dengan perluasan tanah membuat harga properti terus naik dari tahun ke tahun. Begitu juga populasi di kota-kota besar di Indonesia.

(Analisis dan catatan kenaikan harga properti bisa disimak di rumah.com/review)

Ketiga, adalah faktor inflasi. Setiap tahun terjadi inflasi. Meski prosentasenya berbeda-beda tetapi mempengaruhi sektor-sektor lain seperti, tingkat suku bunga, percepatan kredit pinjaman, harga bahan bakar, harga-harga kebutuhan pokok, tak terkecuali harga properti.

Keempat, kenaikan harga bahan dasar properti. Seperti harga-harga kebutuhan lain, inflasi juga turut menaikkan harga bahan-bahan dasar bangunan setiap tahun.

Mulai dari harga pasir, semen, batu bata, kayu, cat, dan lain-lain. Akumulasi kenaikan harga-harga bahan dasar bangunan itu ikut menaikkan harga properti setiap tahun.

Baca juga: Terungkap! Alasan Pengembang Bilang ‘Senin Harga Naik’

Kelima, faktor pertumbuhan kelas menengah. Setiap negara sedang giat membangun. Hasil dari pembangunan itu adalah meningkatnya jumlah kelas menengah. Mereka dicirikan selain rata-rata mempunyai pendidikan yang baik, juga mempunyai penghasilan yang stabil.

Jika mereka membentuk ikatan rumah tangga, terbentuk dua orang suami-istri yang masing-masing memiliki pendapatan stabil. Mereka inilah pasar paling potensial investasi properti. Seperti memanfaatkan turunnya suku bunga dan tumbuhnya properti-properti baru yang kian menarik.

Semakin meningkat jumlah kelas menengah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, akan meningkatkan kebutuhan properti.

Keenam, adanya peningkatan industri dan lapangan kerja. Properti secara umum dibagi menjadi 2, yakni properti residensial (hunian) dan properti komersial (sarana bisnis).

Jika industri di suatu wilayah berkembang, sudah tentu akan meningkatkan kebutuhan properti komersial yang selanjutnya juga akan menaikkan jumlah tenaga kerja. Harga-harga properti kemudian akan melonjak sesuai permintaan, termasuk properti residensial.

Seperti perumahan Grand Taruma, Karawang, yang berdiri ditengah-tengah lingkungan kawasan industri. Kota Karawang yang dulunya sepi, setelah hadirnya kawasan industri, selanjutnya mendorong tumbuhnya unit-unit properti lain terutama dari sisi residensial.

(Rumah baru di Bekasi dan Karawang mulai Rp200 Jutaan)

Sumber: Rumah.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini