Sukses


Ahok-Djarot Tetap Fokus Perbanyak Rusun

Menurutnya, penggusuran yang dilakukan merupakan bentuk kemanusiaan dan perhatian terhadap warga yang tinggal di tepi aliran sungai.

Liputan6.com, Jakarta Tidak terasa hari pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tinggal beberapa saat lagi. Bel masa tenang pun sudah diaktifkan, sehingga pasangan calon tidak diperkenankan lagi melakukan kampanye.

Setelah sebelumnya tim redaksi Rumah.com membahas program perumahan yang bakal dicanangkan pasangan nomor urut 1, Agus dan Sylvi, serta pasangan nomor urut 3, Anies dan Sandi, kini giliran pasangan petahana Ahok dan Djarot.

Baik dalam debat maupun wawancara media, Ahok pun masih menegaskan bahwa jika ia masih diberi kesempatan untuk melanjutkan perjuangan, ia tetap akan menjalankan kebijakan penggusuran yang selama ini telah melekat dalam kinerjanya.

Menurutnya, penggusuran yang dilakukan merupakan bentuk kemanusiaan dan perhatian terhadap warga yang tinggal di tepi aliran sungai.

Baca juga: DP Rumah 0%, Program Unggulan Anies-Sandi

“Kami tidak pernah menggusur warga yang tidak tinggal di daerah aliran sungai. Sebagai catatan, sekarang masih ada 400 titik yang belum kita relokasi, kita belum lakukan karena memang tempat relokasi (rusun) belum siap,” ujarnya dalam debat perdana lalu.

Salah satu rusun yang berhasil dihadirkan Ahok-Djarot belum lama ini adalah Rusun Rawa Bebek. Hunian vertikal ini dibangun dengan segala fasilitas yang memadai.

(Rumah murah rakyat mulai Rp120 Jutaan)

“Luas unitnya 36 meter persegi. Di dalamnya terdapat dua kamar tidur, ruang keluarga, dapur, toilet, serta sedikit ruang terbuka di bagian belakang. Fasilitas listrik dan air PAM bahkan sudah tersedia, sehingga masyarakat sangat layak tinggal di sini,” katanya.

Menyangkut relokasi yang selama ini dipraktekkan Ahok-Djarot, tak lain adalah demi membawa Kota Jakarta meraih Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang lebih tinggi lagi.

“Saat ini, IPM warga Jakarta berada pada angka 78.9. Saya ingin menargetkan IPM-nya meningkat di atas 80 yang artinya setara dengan IPM kota-kota di Eropa. Salah satu indikatornya adalah kota modern yang tidak terdapat rumah kumuh dan warga yang lebih manusiawi,” jelasnya.

Baca juga: Rumah Apung Hanya Ilustrasi, Ini Rencana Agus-Sylvi untuk Hunian Warga

Program Relokasi Cukup Berhasil

Sebagai incumbent (petahana) yang telah melaksanakan program, Ahok-Djarot bisa dikatakan telah menunjukkan keberhasilan dari program dilakukan selama periode kepemimpinannya.

“Melihat kemiripan program antara paslon ini dengan paslon lain, saya melihat ini sebagai indikator bahwa program layak dilanjutkan. Namun tantangannya adalah secara berkelanjutan memperoleh dukungan dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholders),” ucap Ike Hamdan selaku Head of Marketing Rumah.com.

Di mata Ike, komunikasi yang terjalin baik bisa menjadi salah satu kunci penting dalam keberhasilan program yang sudah dan akan kembali dijalankan.

“Kita semua tahu Ahok punya kecenderungan membuat kubu antara sangat disukai atau sangat dibenci. Ini yang harus diseimbangkan oleh pasangannya (Djarot) demi kelancaran pelaksanaan program,” tandasnya.

Alasan terbesar Ahok-Djarot terus melangsungkan relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai adalah selain tentunya menciptakan tata kota yang lebih modern, juga merupakan bentuk manusiawi terhadap warga DKI Jakarta yang kurang mampu.

(Klik rumah.com/perumahan-baru dan temukan puluhan apartemen dan rumah dengan harga mulai Rp100 Jutaan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.