Sukses


Siaga, Kunci Utama Atasi Teror Kejahatan di Rumah

Bahkan akibat mendengar kronologi kasus pembunuhan yang menimpa keluarga Dodi Triono, masyarakat pun punya banyak mengutarakan asumsi soal

Liputan6.com, Jakarta Sejak Selasa (27/12) pagi, masyarakat khususnya warga Jakarta Timur dihebohkan dengan kasus perampokan sadis yang menimpa keluarga Dodi Triono, di Jalan Pulomas Utara Nomor 7A RT12/16 Kayuputih, Pulogadung, Jakarta Timur.

Berdasarkan keterangan polisi, perampok yang diperkirakan berjumlah empat orang itu tega menyekap korbannya sebanyak 11 orang dalam sebuah kamar mandi sempit berukuran 1,5×1,3 meter persegi.

“Dari 11 orang yang disekap, enam diantaranya meninggal dunia karena kekurangan oksigen dalam darah. Dikarenakan mereka disekap dalam satu ruangan dan tidak ada sirkulasi udara,” jelas Kapolda Metro Jaya M Iriawan.

Korban yang tidak selamat adalah pemilik rumah Dodi Triono (59) dan dua putrinya, Diona Arika Andra Putri (16) dan Dianita Gemma Dzalfayla (9). Kemudian teman Gemma, Amel, serta dua sopir pribadinya bernama Yanto dan Tasrok.

Sedangkan lima korban selamat dari perampokan Pulomas itu yakni, dua anak Dodi bernama Zanette Kalila Azaria (13) dan Fitriani (23). Serta tiga asisten rumah tangga bernama Emi (41), Santi (22), dan Windy (23).

Berkaca dari kasus yang cukup menggemparkan ini, faktanya selama periode 2008 hingga 2014, jenis kejadian kejahatan pencurian merupakan kejahatan yang paling banyak terjadi pada desa/kelurahan di Indonesia. Jumlahnya mencapai lebih dari 36-45% dari seluruh desa.

Kemudian angka ini mengalami peningkatan dari 2011 yakni sekitar 28.912 desa/kelurahan (36,78 persen) menjadi 33.729 desa/kelurahan (41,05 persen) pada 2014.

Selalu Siaga

Menanggapi ramainya pemberitaan perampokan disertai aksi kejahatan ini, praktisi klinis, dr. Ari Fahrial Syam kepada Rumah.com menyebut, informasi yang terlalu sering disampaikan sejumlah media justru dapat menimbulkan kepanikan berlebih bagi masyarakat luas.

“Berita perampokan sadis yang terus-menerus diberitakan baik oleh media cetak dan elektronik, bisa menjadi faktor pencetus terjadinya kepanikan bagi masyarakat yang tidak bersinggungan langsung dengan korban,” tukasnya.

Bahkan akibat mendengar kronologi kasus pembunuhan yang menimpa keluarga Dodi Triono, masyarakat pun punya banyak mengutarakan asumsi soal keamanan di rumah.

“Artinya, rumah dengan pagar tinggi dan CCTV serta banyak orang di rumah sekalipun tidak luput dari kejaran pembunuh. Sebaliknya, rumah dengan pagar rendah atau tanpa pagar dan saat penghuni sendirian di rumah juga belum tentu mudah menjadi target,” Ari menambahkan.

(Baca juga: Tips Ajarkan Anak Agar Aman di Rumah)

“Jadi memang segala sesuatunya bisa saja terjadi. Sehingga kasus ini mengajarkan masyarakat untuk tetap selalu waspada. Kendati begitu, masyarakat juga tidak boleh mudah merasa cemas berlebihan karena kejahatan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.”

Oleh karena itu, Ari mengungkapkan kekhawatirannya apabila kasus ini terus didramatisir, bisa menjadi pemicu kecemasan pada seseorang yang memang sebelumnya sudah mempunyai gangguan kecemasan tersebut.

“Kondisi kecemasan yang timbul dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan seperti tangan berkeringat, sakit kepala, jantung berdebar-debar, tengkuk terasa sakit atau nafas terasa sesak. Jika memang sudah ada masalah di lambung maka sakit lambung bisa kambuh,” tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini