Sukses


Bintaro: Bukan Lagi Surganya Investor

Pada kurun waktu 2013 hingga 2014, kota mandiri tersebut tidak menunjukkan sedikitpun kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

Liputan6.com, Jakarta Di masa jayanya, sekitar 2012-2013, para agen properti dapat meraup untung besar dari penjualan properti di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Boleh dikatakan, masa itu adalah tahunnya Bintaro.

“Dalam satu bulan, Saya pernah membukukan 12 rumah di Bintaro kepada konsumen. Masa itu Bintaro adalah primadona properti,” ujar Handi Asbar, agen properti di ERA Emerald kepada Rumah.com.

Sayangnya, pesona Bintaro tak bertahan lama. Pada kurun waktu 2013 hingga 2014, kota mandiri tersebut tidak menunjukkan sedikitpun kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

Apalagi masa Pemilihan Presiden (Pilpres) yang berlangsung di pertengahan 2014 dianggap merangsang kekhawatiran investor akan perubahan kebijakan. Mereka ketar-ketir terhadap kemungkinan kebijakan baru yang dianggap merugikan nilai investasi.

“Meski demikian, penjualan rumah seken di Bintaro pada 2015 relatif stabil. Agen properti di sini masih bisa menghasilkan minimal lima closing dalam satu bulan. Kategori konsumennya memang bukan lagi dominan investor, namun sudah hampir imbang dengan end user. Porsinya 60:40,” imbuhnya.

(Baca juga: Mau Beli Rumah di Bintaro, Perhatikan Hal Ini!)

Dominasi End-user

Senada dengan Handi, agen properti dari ERA Radiant, Eni Rohaeni Santoso juga melihat fenomena mundurnya investor dari Bintaro.

“Untuk saat ini dominasi pembeli adalah end user. Jika tiga tahun lalu Bintaro adalah surganya investor, kini mereka cenderung menahan diri untuk membeli properti di sana. Mengapa? Bagi mereka perputaran uang di sana relatif lambat,” urai peraih penghargaan Million Rupiah Club pada ajang Mid Year Award 2016 Era Indonesia.

Ia memiliki definisi sendiri tentang perputaran uang. “Jika investor membeli suatu properti hari ini, maka mereka mengharap properti tersebut bisa terjual kembali dalam waktu kurang dari enam bulan. Kenyataannya, Bintaro saat ini agak sulit mengabulkan impian itu,” tambahnya.

Jika ada rumah yang dibandrol drastis dibawah harga pasaran, investor kemungkinan masih berebut mendapatkannya. Misal, harga pasaran Rp1M tetapi harga jualnya hanya Rp500 Juta.

“Namun kalau harga jual cuma Rp800 Juta saja, mereka masih berpikir dua kali untuk membelinya,” tambah Eni.

Meski demikian, Handi dan Eni meyakini bahwa pasar properti di Bintaro akan semakin membaik pada kuartal 4 tahun ini dan tahun depan.

Selain kesuksesan program tax amnesty, pendorong lain adalah kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menetapkan kenaikan NJOP sebesar 120% hingga 240%.

“Kenaikan dahsyat ini menarik para investor asal Jakarta Timur, Kelapa Gading, dan Jakarta Pusat, lari ke Bintaro. Perhitungan mereka, daripada menghabiskan dana untuk satu rumah di Jakarta, lebih baik membeli dua unit rumah di Bintaro,” ucap pria yang kerap menjadi konsultan properti ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.