Sukses


Benarkah Gen Millennial Pilih Tinggal Bersama Orang Tua?

Jumlah generasi milenial Indonesia kini semakin membludak. Lima tahun ke depan, merekalah yang akan menggerakan perekonomian bangsa ini.

Liputan6.com, Jakarta Generasi milenial Indonesia kini semakin membludak jumlahnya. Generasi ini adalah mereka yang kini berstatus sebagai mahasiswa, fresh graduates, first jobber, dan kaum muda yang baru saja menduduki jabatan manajerial kelas menengah.

Menurut data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang berusia di bawah 30 tahun pada tahun lalu berjumlah 60% dari populasi total jumlah penduduk Indonesia. Namun di usia produktif, jumlah penduduk terbanyak berada pada rentang 25-34 tahun.

“Dalam lima tahun ke depan, generasi milenial Indonesia akan menggerakkan ekonomi dalam negeri. Mereka tinggal di kota-kota besar, berpendidikan tinggi, dan menjadikan smartphone sebagai salah satu pusat aktivitas hidup,” ujar Wasudewan, Country Manager Rumah.com.

Ia juga menambahkan bahwa pada 2020 Indonesia diprediksi akan memiliki sekitar 1,7 miliar perangkat komunikasi terhubung dengan lebih dari 470 juta pelanggan seluler dan lebih dari 200 juta pengguna internet aktif.

Di Asia Pasifik, jumlah generasi milenial bahkan sudah mencapai seperempat dari populasi tenaga kerja di Asia Pasifik. Masifnya penyebaran generasi ini ternyata juga mempengaruhi perkembangan pasar properti di area regional seperti Asia Pasifik.

Survey CBRE Global Research (www.cbre.com) yang dirilis Oktober 2016, menjabarkan informasi mengejutkan. Sebanyak 63 persen dari 13.000 koresponden yang ada di lima negara Asia Pasifik seperti China, Jepang, Australia, Hong Kong, dan India ternyata lebih memilih tinggal bersama orangtua mereka.

Fakta lain:

  • Hanya 23 persen yang menyewa hunian sendiri
  • 11 persen memutuskan membeli properti sendiri
  • 3 persen tinggal di rumah dinas.

Ada banyak faktor yang mendasari fenomena ini antara lain:

  • Tingginya harga properti, terutama uang muka
  • Mereka lebih memilih menghabiskan ¼ dari penghasilan untuk hiburan dan berbelanja. Bahkan, frekuensinya cukup sering, rata-rata antara 7-9 hari per bulan.
  • Alasan loyalitas terhadap pekerjaan. Mereka mempertimbangan jarak tempuh menuju tempat kerja, sehingga tidak ingin bersusah payah mencari lokasi lain untuk tempat tinggal.
  • Merasa nyaman dengan fasilitas serta lingkungan tempat tinggal awal yang dapat menunjang proses pekerjaan mereka.

Cara Milenial Indonesia Memilih Hunian

Mengulik generasi Millennial di Indonesia, Yuswohady, pengamat karakteristik konsumen, menggolongkannya menjadi 5 karakter kuat yang sangat identik pada generasi ini, antara lain:

  1. Menjunjung tinggi gaya hidup
  2. Melek informasi
  3. Holiday Effect
  4. Instagramers
  5. Social media pressure (generasi akibat terpaan media sosial)

Sejalan dengan opini Yuswohady, “Standard dalam gaya hidup memang bagian penting dari kehidupan milenial. Mereka tidak ingin berkompromi dengan standard dalam membeli properti yang akan menjadi bagian dari masa depannya.

Hunian yang akan jadi milik mereka harus sesuai dengan gaya hidup, seperti kualitas, luas, fasilitas di lingkungan sekitar serta lokasi,” ujar Wasudewan.

Tak heran, generasi ini juga mempertimbangkan mal, sekolah favorit, rumah sakit dengan fasilitas lengkap hingga waktu tempuh yang lebih cepat ke tempat kerja, dalam menentukan hunian masa depan.

Inilah yang mendorong Rumah.com meluncurkan fitur Resensi Proyek (www.rumah.com/review) yang menampilkan ulasan terlengkap tentang perumahan di Indonesia.

“Dalam review ini, generasi milenial bisa melihat jarak akurat antara perumahan dan pintu tol terdekat, potensi kemacetan, jumlah slot parkir di stasiun commuter line terdekat, cara mendaftarkan anak di sekolah favorit terdekat, hingga dukungan BPJS pada rumah sakit terdekat,” tambah Wasudewan.

“Kendati generasi ini terkesan hedonis dan lebih memilih menggunakan uang mereka untuk hiburan dan jalan-jalan, sebenarnya mereka memiliki komitmen tinggi demi memenuhi keinginan dan kebutuhan meski harus bekerja keras,” tambah Yuswohady seperti dilansir dari laman Rumah.com.

Misalnya saat mereka hendak berlibur, otomatis mereka akan bekerja keras mengumpulkan uang. Begitu juga saat mereka berkeinginan membeli rumah. “Ini masalah waktu saja. Generasi ini juga akan mulai berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan memiliki rumah saat mereka sudah menikah dan memiliki anak,” ujarnya

Ia juga menambahkan, karakteristik generasi Millennial memang sangat erat dengan perkembangan teknologi. “Teknologi mutakhir memberikan mereka kemudahan menyangkut keperluan sehari-hari. Misalnya untuk berbelanja, mencari lokasi, dan mengetahui opini masyarakat yang sedang berkembang untuk dijadikan referensi.

Selain itu, terpaan sosial media juga sangat lekat dengan generasi ini sehingga jadi ajang eksistensi bagi mereka. Uniknya, informasi di sosial media langsung cepat menjadi viral di antara mereka,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, secara viral informasi jalan-jalan dan hiburan lebih kuat dibandingkan dengan informasi kebutuhan utama lainnya, misalnya informasi properti. Sehingga, karakteristik yang merekat kuat bagi mereka adalah sebagai generasi yang ikut-ikutan (follower).

Lalu bagaimanakah gaya pencarian properti Generasi Millennial di Indonesia menurut Yuswohady?

Generasi Millennial memanfaatkan gadget
Generasi ini memiliki mobilitas yang cukup tinggi. Nyaris dalam kesehariannya mereka memanfaatkan gadget untuk mencari informasi. Jadi bila sebuah rumah dipasarkan dan informasinya mudah diakses melalui gadget (dalam hal ini smartphone) tentu akan lebih diminati oleh generasi ini.

Generasi Millennial butuh informasi selengkap-lengkapnya
Generasi Millennial sangat melek informasi. Artinya, mereka gencar mencari informasi properti mulai dari lokasi, perbandingan harga, kredibilitas pengembang, detail bangunan, proses pembayaran, hingga rekam jejak pengembang.

Referensi bisa melalui situs forum atau sosial media. Bagi mereka informasi melalui media tersebut jauh lebih meyakinkan dibandingkan harus mencari tahu secara langsung. “Di Indonesia, informasi detail seperti ini hanya bisa dijumpai pada Resensi Proyek di Rumah.com,” ujar Wasudewan.

Generasi Millennial menghindari pola penjualan hard-selling
Generasi ini merupakan generasi kritis. Jadi, mereka memahami jika sebuah produk tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. “Karena properti adalah produk dengan harga yang tidak murah, maka perlu dipaparkan secara obyektif dan menarik,” tambahnya.

Generasi Millennial juga mencari produk yang menguntungkan
Generasi yang kritis ini juga memperhitungkan besar kecilnya uang yang mereka keluarkan. Jadi akan ada hitung-hitungan investasi yang menggiurkan. Toh, generasi ini sebenarnya sudah sangat cerdas dan maju

Generasi Millennial akan membeli properti pada momentum yang tepat
Mereka juga sangat mempertimbangkan waktu atau momentum yang tepat. “Yang jelas mereka tidak akan membeli rumah saat momentum liburan. Biasanya mereka akan membeli rumah saat ingin segera menikah atau sudah menikah dan memiliki anak. Namun, bila diperlukan, mereka akan memanfaatkan THR atau bonus tahunan untuk dijadikan uang muka beli rumah,” ujarnya.

Foto: genhq.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.