Sukses


Pertimbangan Membeli Rumah Untuk Pelajar di Luar Kota

Liputan6.com, Jakarta Investasi properti bisa di mulai dari banyak kesempatan. Salah satunya, ketika membutuhkan hunian sewa dalam jangka waktu yang lama. Banyak yang berpikir, daripada membayar tagihan uang sewa setiap bulan, lebih baik uangnya dialihkan untuk menyicil KPR (Kredit Pemilikan Rumah).

Hal ini pula yang banyak dipertimbangkan oleh para orang tua ketika menyekolahkan anak-anaknya di luar kota atau di luar negeri. Mereka berpikir untuk membelikan anaknya rumah untuk ditinggali sembari menuntut pendidikan demi menghemat uang kos-kosan sembari berinvestasi. Namun, apa membelikan rumah merupakan peluang investasi terbaik?

(Simak juga: Sektor Pendidikan Jadi Magnet Investor Asing ke Australia)

Perhatikan Tujuan Investasi

Faktor lokasi menjadi patokan utama jika hendak berinvestasi properti. Untuk kota pelajar favorit seperti Jogjakarta, Bandung dan Surabaya, dimana nilai propertinya beranjak naik dengan cepat per tahun, tidak perlu pikir panjang untuk berinvestasi. Setelah selesai masa pendidikan si anak, Anda bisa menjual kembali unit rumah tersebut dengan mendapat keuntungan.

Membeli unit rumah merupakan investasi cerdas jika orang tua nantinya berencana untuk menyewakan hunian tersebut dalam jangka waktu yang lama. Terlebih jika setelah kelulusan, si anak berencana untuk tetap menempati rumah tersebut sembari bekerja.

Sementara itu, untuk keluarga dengan penghasilan dan kekayaan yang tinggi, membelikan rumah atas nama anak bisa menjadi keputusan bijak. Sehingga otomatis rumah tersebut menjadi aset kekayaan yang diwariskan untuk si anak, tanpa membayar pajak yang tinggi.

(Simak juga: Properti Purwokerto di Minati Pembeli Dari Luar Kota)

Pahami Sisi Negatifnya

Setelah kelulusan, menyewakan rumah sebagai unit kos-kosan mungkin menjadi pilihan sebagian orang untuk meraup profit. Namun, dengan lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggal, Anda tidak bisa sesering mungkin memantau kondisi unit sewa. Untuk itu, Anda mungkin membutuhkan bantuan dari kerabat dekat atau orang terpercaya untuk menggantikan tugas tersebut.

Orang tua juga perlu mempertimbangkan kemungkinan terburuk. Misalnya, jika ternyata si anak tidak mampu menyelesaikan pendidikan hingga selesai, dengan alasan di drop out, atau tidak betah di kampus. Maka pembelian rumah bisa ini bisa merugikan orang tua.

Selain itu, umumnya anak dengan usia 18 hingga 21 tahun belum mampu melakukan perawatan dan perbaikan rumah dengan baik. Sebagai orang tua, Anda harus siap menyediakan biaya ekstra untuk perbaikan rumah yang mungkin di butuhkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini