Sukses


Jepang dan Australia Jadi Negara yang Paling 'Transparan'

Jones Lang LaSalle konsultan properti internasional baru-baru ini mengeluarkan hasil penilaian indeks transparansi pembangunan berkelanjutan

Liputan6.com, Jakarta Jones Lang LaSalle (JLL), sebuah lembaga konsultan properti internasional, baru-baru ini mengeluarkan hasil penilaian dengan tajuk ‘JLL’s Real Estate Environmental Sustainability Transparency Index”, Kamis (29/9/2016).

Pada laporan yang bertujuan mengetahui pencapaian transparansi pembangunan yang berkelanjutan di tingkat regional Asia Pasifik tersebut, Jepang dan Australia menjadi negara dengan peringkat teratas dalam hal pembangunan berkelanjutan 2016.

Franz Jenowein, Director and Head of Global Sustainability Research JLL mengatakan, atas prestasi yang didapat, Jepang menunjukan konsistensinya untuk memimpin kelompok ‘Highly Transparent’ yang beranggotakan Prancis, Australia, dan United Kingdom.

Lebih lanjut, Franz juga mengungkap, adanya penilaian ini diharapkan dapat menyebar luas ke seluruh negara di Asia, meskipun membutuhkan waktu karena progres percepatan masih terkendala pada pembuatan regulasi dan perumusan indikator baru yang tergolong lambat.

“Ada tanda-tanda yang menggembirakan dilihat dari dua indikator penilaian pencapaian transparansi lingkungan yakni standar efisiensi energi minimum dan skema sertifikasi bangunan hijau (green building) sudah tersedia di sebagian besar pasar utama Asia.”

“Secara khusus, Jepang telah berdedikasi untuk membuat langkah yang signifikan selama dua tahun terakhir. Sementara itu, Australia menunjukan upaya untuk terus memertahankan predikatnya sebagai negara dengan pembangunan real estate yang berkelanjutan,” kata Franz seperti dilansir dari laman Rumah.com, Kamis (29/9/2016).

Jepang sudah mengalami peningkatan yang siginfikan, khususnya dalam hal memperkenalkan tiga sarana baru selama dua tahun terakhir antara lain, Building Energy-Efficiency Labelling System (BELS) untuk sektor non-residensial berdasarkan penggunaan energi primer.

Kemudian pedoman khusus terkait penggunaan area hijau kepada para pemilik tanah dan yang hendak menyewa, serta mandat tentang desain kriteria minimum dan efisiensi energi untuk non-bangunan residensial yang berukuran lebih dari 2.000 meter persegi.

Upaya tersebut telah diperkuat oleh Program Cap-and-Tokyo untuk skala besar, termasuk bangunan perkantoran berskala besar, seperti Tokyo Metropolitan Government in 2010.

“Sepertinya upaya efisiensi energi pada program bangunan hijau menuai keberhasilan. Sebagai bukti, di Asia Pasifik telah terlihat ada peningkatan dalam hal kesadaran dan instrumen transparansi lingkungan. Misalnya, standar efisiensi energi dan skema sertifikasi banguann hijau yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar,” tutur Dr. Megan Walters, Head of Research, Asia Pasific JLL.

Ia juga menambahkan, adanya permintaan dari pasar dan peraturan pemerintah akan menjadi pendukung untuk mewujdukan upaya sistem keberlanjutan di waktu mendatang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi beberapa negara di Asia

 Beberapa negara lain di Asia, seperti Malaysia dan Taiwan masuk ke dalam kategori ‘Low Transparency’, sedangkan Thailand tergabung ke dalam kelompok “Semi-Transparent” bersama dengan China dan Korea Selatan.

New Zaeland, Singapura, dan Hong Kong berada pada level di bawah, yakni masuk ke dalam kelompok “Transparant”.

Adapun indeks keberlanjutan kelestarian lingkungan terdiri dari 7 hal utama antara lain:

Pelaporan karbon
Pengukuran dan membandingkan konsumsi energi
Kinerja keuangan
Sertifikasi ‘green building’
Klausul sewa hijau
Standar energi minimum (bangunan yang ada).
Standar energi bangunan minimum (gedung baru).

Bagan kelompok transparansi (dok. JLL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini