Sukses


Sektor Kuliner Makin Mendominasi Ruang Ritel Jakarta

Sektor kuliner tetap menjadi segmen yang paling aktif, dengan tenant lokal dan internasional.

Liputan6.com, Jakarta Di sektor ritel Ibukota Jakarta, aktivitas take-up terkuat terjadi di proyek-proyek ritel yang baru selesai. Dalam tiga kuartal berturut-turut, penyerapan bersih didorong oleh aktivitas pemasaran di Lippo St. Moritz Tahap II—proyek teranyar di pasar ritel primer.

Sementara itu, food and beverage (F&B) di mal-mal Jakarta tetap menjadi segmen yang paling aktif, dengan tenant lokal dan internasional.

“Permintaan masih terbatas oleh pasokan yang sedikit, namun permintaan di sektor F&B terus berkembang,” jelas James Taylor, Head of Research JLL Indonesia seperti ditulis Rumah.com, Senin (13/6).

Riset yang dilakukan konsultan properti JLL selama kuartal I-2016 memperlihatkan, pasokan terbatas dan tingkat hunian yang sehat membuat pemilik ruang (landlord) ritel di mal kelas atas tetap dalam posisi yang relatif kuat. Beberapa landlord bahkan melaporkan waiting list untuk penyewa ruang ritel primer.

Tak Ada Suplai, Tingkat Hunian Tinggi

Aturan moratorium ritel stand-alone di CBD Jakarta telah diberlakukan sejak 2011. Meskipun ini bukan kebijakan resmi, namun Gubernur Jakarta secara selektif tidak lagi mengizinkan pembangunan proyek-proyek ritel baru.

Semua pasokan ritel primer terbaru merupakan pengembangan di proyek-proyek mixed-use yang selesai di kuartal III-2015, yakni Lippo St. Moritz Tahap II.

Vacancy rate tercatat satu digit dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, pasokan ritel yang sedikit, diprediksi masih akan terjadi dalam jangka pendek atau menengah.

Meskipun dengan tingkat kekosongan yang rendah dan pasokan yang tipis, kenaikan sewa tahunan tercatat masih satu digit. Salah satu alasan pertumbuhan belum kuat adalah dominasi kelompok ritel besar yang beroperasi. Kelompok-kelompok ini memiliki banyak merek dan hal ini membuat mereka memiliki posisi tawar yang kuat.

Sejumlah transaksi berskala besar terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini membuat pasokan dan permintaan basis demografi yang kuat dan dinamis. Sementara, banyaknya pemilik ruang ritel yang tidak bersedia melepas aset mereka di kuartal I-2016 membuat tidak ada transaksi yang tercatat. Di sisi lain, minat dari investor tetap kuat.

Melirik Bodetabek

Satu proyek baru, yakni Central Park Extension, diharapkan dapat meningkatkan total suplai sekitar 44.000 meter persegi di 2016. Tingkat kekosongan yang rendah di Jakarta diperkirakan akan membuat permintaan cenderung terus menjadi supply-driven pada 2016. JLL memprediksi kuliner (F&B) akan terus menjadi segmen yang paling aktif.

Karena tingkat hunian yang tinggi dan pasokan sangat terbatas, minat dari investor internasional akan tetap kuat. Namun, kurangnya aset yang tersedia di pusat Jakarta dapat mengalihkan perhatian investor ke Bodetabek atau kota-kota lain di seluruh Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.