Sukses


Ini Penyebab Lambatnya Kenaikan Harga Rumah!

Perlambatan penjualan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil...

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan penjualan properti residensial pada kuartal I-2016 terpantau melambat. Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan, penjualan properti residensial selama kuartal I-2016 turun menjadi 1,51% (qtq) dibandingkan kuartal sebelumnya (6,02%, qtq).

Perlambatan penjualan ini disinyalir merupakan akibat kondisi perekonomian yang melambat sehingga berpengaruh pada penurunan permintaan terhadap properti residensial.

Dikutip dari Rumah.com, perlambatan penjualan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil, seiring dengan tingginya harga rumah tipe kecil. Berdasarkan lokasi, perlambatan pertumbuhan penjualan rumah terutama terjadi di Manado, Denpasar, Batam, dan Jakarta.

Empat Faktor Penghambat

Harga properti residensial diperkirakan tumbuh melambat pada kuartal II-2016. Pada kuartal II-2016, indeks harga properti residensial secara kuartalan (qtq) masih mengalami kenaikan (0,36%, qtq), namun melambat dibandingkan 0,99% (qtq) pada kuartal I-2016.

Kenaikan harga terendah diperkirakan masih terjadi pada rumah tipe besar (0,33%). Berdasarkan wilayah, harga rumah di Jabodebek-Banten diperkirakan mengalami penurunan sebesar -0,07% (qtq).

Perlambatan kenaikan harga properti diperkirakan akan terjadi pada kuartal II-2016. Pada kuartal II-2016, harga properti residensial meningkat 3,10% (yoy), namun melambat jika dibandingkan kenaikan harga sebesar 4,15% (yoy) pada kuartal sebelumnya.

Dilihat berdasarkan tipe bangunan, kenaikan harga rumah terendah diperkirakan terjadi pada rumah tipe besar (2,12%). Sementara berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah terendah diperkirakan terjadi di Jabodebek-Banten.

Sementara itu, sebagian besar responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah suku bunga KPR (19,40%), uang muka rumah (17,09%), kenaikan harga bahan bangunan (15,97%), serta perizinan dan pajak (15,85%).

Berdasarkan lokasi proyek, suku bunga tertinggi KPR terjadi di Nusa Tenggara Timur (13,83%) sedangkan suku bunga KPR terendah berada di Nanggroe Aceh Darussalam (10,48%).

KPR Paling Diminati

Dana internal perusahaan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial, sementara konsumen lebih memanfaatkan fasilitas KPR.

Dari sisi pembiayaan, sebagian besar pengembang (57,29%) mengungkapkan bahwa hingga saat ini dana internal perusahaan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti. Berdasarkan komposisi, sumber pembiayaan pembangunan properti dari dana internal perusahaan sebagian besar berasal dari modal disetor (45,93%), laba ditahan (45,53%), lainnya (5,95%), dan joint venture (2,59%).

Sementara itu dari sisi konsumen, fasilitas KPR tetap menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Hasil survei mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen (77,82%) memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial, terutama rumah tipe kecil dan menengah. Tingkat bunga KPR yang diberikan oleh perbankan khususnya kelompok bank persero berkisar antara 9% – 12%.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.