Sukses


Rilis Pola 1:3:1, Bank BTN Percepat Proses KPR

Dengan permintaan rumah yang tinggi, maka industri properti akan berpeluang untuk meningkat.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk memproyeksikan permintaan kredit perumahan tahun ini, khususnya yang menyasar masyarakat menengah ke bawah masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan kredit pada kuartal I 2016 dimana permintaan masyarakat terhadap rumah masih cukup tinggi.

“Mudah-mudahan ini menjadi stimulus bagi para pelaku bisnis perumahan kelas menengah bawah untuk terus membangun,” kata Maryono, Direktur Utama Bank BTN seperti dinukil dari Rumah.com.

Menurutnya, permintaan masyarakat akan rumah terus meningkat setiap tahun. Ini menjadi sinyal positif bagi para pelaku bisnis perumahan. Apalagi pemerintah sudah banyak memberikan stimulus dalam paket kebijakan yang akan semakin membuat bisnis pembangunan perumahan berpeluang meningkat.

Menurut Maryono, dengan permintaan rumah yang tinggi, maka industri properti akan berpeluang untuk meningkat. Dan ini membawa dampak pada pengganda ekonomi (multiplier effect) sektor industri lain yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu peran pengembang juga sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Pola Baru 1:3:1

Maryono mengatakan, Program Sejuta Rumah tidak sepenuhnya bergantung pada Bank BTN. Tahun ini, targetnya sekitar 570.000 unit rumah. Namun diharapkan target tersebut dapat terlampaui dan bisa menyentuh 800.000 unit.

“Kami siap memberikan dukungan pembiayaan hingga 800.000 unit rumah pada 2016 ini. Tetapi ini bukan berarti ini menjadi tugas Bank BTN sendiri. Tetap peran serta dari pihak lain juga dibutuhkan. Tetapi kami menyatakan siap hingga 800.000 unit dan itu bisa jadi pegangan para pegembang bahwa dananya ada dan siap dipakai untuk membiayai proyek rumah bagi MBR,” paparnya.

Guna mendukung semangat pengembang membangun rumah, lanjut Maryono, Bank BTN telah memperbaiki proses bisnis di cabang. Jika sebelumnya proses kredit memakai pola 1:5:1 (satu hari pengajuan, lima hari kelengkapan dokumen, satu hari realisasi) maka akan percepat itu menjadi 1:3:1 (satu hari pengajuan, 3 hari kelengkapan dokumen, 1 hari realisasi).

Dari proses ini kelengkapan dokumen menjadi penting untuk dapat tidaknya kredit diproses dengan cepat atau tidak. Namun semangatnya proses kredit akan dipercepat.

“Pada prinsipnya, di hari pertama pengajuan kredit, sudah dapat diketahui kredit dapat disetujuai atau tidak. Semangat kami bagaimana memperbaiki layanan. 1:3:1 adalah hasilnya,” ujar Maryono.

Perlu Bank Tanah

Guna mendukung mempercepat realisasi Program Sejuta Rumah—khususnya bagi MBR—Maryono mengatakan perlu dibentuk bank tanah. Pembentukan bank tanah, menurutnya, akan menjadi solusi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan program pembangunan sejuta rumah.

Tingginya permintaan untuk rumah menengah ke bawah juga harus diimbangi dengan lahan yang memadai. Sehingga, para pengembang bisa dengan mudah dan cepat untuk membangun perumahan diberbagai daerah. Jika bank tanah bisa cepat direalisasikan, tentu akan mendukung percepatan Program Sejuta Rumah.

“Kalau lahannya ada, maka harga tanahnya dapat ditekan lebih murah sehingga akan terjadi efisiensi biaya dalam program ini, dan pengembang bisa cepat membangun,” tambahnya.

Maryono mengatakan, ini saat yang tepat bagi pemerintah untuk mendirikan bank tanah, tidak hanya sebatas untuk infrastruktur jalan, tetapi juga pembangunan permukiman atau perumahan untuk rakyat.

“Saya mengusulkan kepada pemerintah melalui Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat) agar bank tanah untuk permukiman juga diadakan,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini