Sukses


Perusahaan Teknologi Mulai Dominasi Perkantoran Jakarta

Selama kuartal pertama 2016, permintaan dan aktivitas transaksi ruang perkantoran di Jakarta relatif lesu.

Liputan6.com, Jakarta Selama kuartal pertama 2016, permintaan dan aktivitas transaksi ruang perkantoran di Jakarta terpantau relatif lesu. Setelah harga minyak dunia jatuh, permintaan ruang perkantoran dari bisnis yang terkait dengan bidang minyak dan gas menurun selama kurun waktu tersebut.

Hasil riset yang dirilis konsultan properti Cushman & Wakefield memperlihatkan, permintaan ruang perkantoran dari bisnis perbankan dan keuangan pun terpantau melemah. Hal ini disebabkan terutama oleh pertumbuhan bisnis yang lebih lambat tahun lalu.

Di sisi lain, pada awal tahun ini permintaan ruang perkantoran didominasi oleh industri teknologi informasi (IT) dan sebagian kecil oleh firma hukum. Dengan mengambil keuntungan dari harga sewa yang menurun, beberapa penyewa aktif mencari tempat yang lebih berkualitas untuk bisnis konsolidasi dan relokasi.

Dinukil dari Rumah.com, Jumat (22/4), penyerapan positif sebesar 8.300 m2 terjadi selama kuartal pertama tahun ini, atau 36% lebih rendah dari penyerapan yang terjadi di akhir 2015.

Pada kuartal pertama 2016, gedung perkantoran kelas A masih berkontribusi dalam memberikan penyerapan terbesar. Sebaliknya, perkantoran kelas C mengalami penyerapan negatif, karena relokasi besar-besaran para penyewa dari beberapa gedung yang dalam persiapan untuk pembangunan kembali.

Rata-rata tingkat hunian (okupansi) perkantoran di CBD turun ke angka 81,36%. Sebagian besar disebabkan oleh penambahan pasokan dalam jumlah besar selama kuartal pertama 2016.

Lima bangunan kantor dengan total luas sebesar 270.000 m2 memasuki pasar dalam kuartal pertama 2016, di antaranya MSIG Tower (70.000 m2), Capital Place (90.000 m2), Indonesia Fnancial Center (50.000 m2), dan The Convergence Indonesia (36.000 m2).

Suplai baru tersebut menambah total pasokan ruang perkantoran kumulatif di CBD Jakarta menjadi 5,51 juta meter persegi. Sementara itu, sebanyak 297.000 meter persegi pasokan perkantoran baru diproyeksikan akan memasuki pasar dalam tiga kuartal ke depan hingga akhir 2016.

Pasokan perkantoran baru yang diproyeksikan ramping sampai akhir 2016, akan mengakibatkan peningkatan tingkat kekosongan dan penurunan harga sewa rata-rata, terutama di gedung-gedung kelas A.

Cushman & Wakefield memprediksi tren penurunan harga sewa perkantoran berlanjut di kuartal pertama 2016. Rata-rata harga sewa bruto dalam mata uang Rupiah adalah sebesar Rp320.600 per meter persegi per bulan pada akhir Maret 2016, atau menurun sebesar 7,2% secara kuartalan. Dalam dolar Amerika, harga sewa bruto mencapai USD24,34 per meter persegi per bulan, atau menurun 4,0% secara kuartalan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini