Sukses


Konsep Retail-Tainment Hadang Tren Belanja Online

Biaya operasional yang tinggi, terutama biaya sewa dan tenaga kerja di Asia, akan membuat para peretail lebih hati-hati di 2016.

Liputan6.com, Jakarta Tiongkok menjadi pasar properti retail teratas di Asia Pasifik dan tujuan paling populer keempat secara global. Tercatat, sebanyak 27% peretail berniat melakukan ekspansi di sini. Demikian laporan sektor retail CBRE yang dikutip Rumah.com, Selasa (5/4).

Menyusul Tiongkok, Hong Kong adalah pasar Asia Pasifik berikutnya yang menduduki peringkat ke-6 (24%), Jepang di posisi ke-7 (22%), dan Singapura di posisi ke-9 (21%). Sementara itu, pasar Eropa mendominasi tujuan utama tahun ini.

Meskipun terjadi perlambatan ekspansi peretail di Tiongkok dan Hong Kong di tengah melemahnya pertumbuhan konsumsi, kedua kawasan ini tetap dipandang sebagai pasar paling penting. Para peretail ini juga menanggapi perlambatan ini dengan menyesuaikan strategi portofolio mereka.

Tahun ini minat peretail di Jepang meningkat secara signifikan dalam survei tahun ini. Sebanyak 22% dari peretail yang disurvei mengatakan berencana memperluas bisnis di Jepang di 2016. Angka ini meningkat dibanding 16% pada 2015 lalu.

Pasar Jepang menarik lantaran konsumsi domestik yang solid dan daya beli wisatawan yang kuat. Sementara itu, melemahnya nilai tukar Yen membuat peritel asing—khususnya dari Amerika Serikat dan Eropa—makin banyak masuk dan melakukan ekspansi.

Ekspansi di Asia Tenggara diprediksi melonjak tahun ini, dengan dengan minat peretail di Malaysia (10,5 persen), Indonesia (9,2 persen), Thailand (8,5 persen), Vietnam (8,5 persen), dan Filipina (7,8 persen). Angka ini tercatat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2015, ketika semua pasar yang mengendur antara 1 persen–3 persen

Meski ada indikator positif yang kuat, peretail umumnya tetap optimistis terhadap kondisi dunia retail pada 2016. Laiknya tahun lalu, mereka mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin memengaruhi mereka di tahun mendatang antara lain eskalasi biaya real estate (56 persen) dan prospek ekonomi yang tidak jelas (42 persen).

“Biaya operasional tinggi, terutama biaya sewa dan tenaga kerja di Asia akan membuat para peretail lebih hati-hati di 2016. Peretail akan mengalihkan fokus mereka, dari ekspansi jaringan toko menjadi rasionalisasi, meningkatkan keuntungan gerai, dan pindah ke lokasi yang lebih baik,” ujar Henry Chin, Kepala Riset CBRE Asia Pasifik.

e-Commerce Versus Retail-Tainment
Survei CBRE ini juga menyebut pertumbuhan e-commerce tidak akan menghalangi rencana peretail untuk menambah gerai toko mereka. Sebanyak 83 persen brand mengatakan, rencana ekspansi toko fisik mereka pada 2016 tidak akan terpengaruh oleh pertumbuhan e-commerce. Hanya 22 persen merek mengatakan retail online menjadi ancaman untuk bisnis mereka.

Joel Stephen, Senior Director and Head of Retailer Representation CBRE Asia menjelaskan, meskipun ketidakpastian ekonomi dan semakin populernya belanja online, peretail masih percaya toko fisik sangat penting untuk citra merek mereka. Pembeli masih ingin pergi ke toko secara fisik menyentuh produk dan menikmati feel-good factor terkait merek yang mereka pilih.

“Tantangannya sekarang bagi peretail adalah untuk melakukan penawaranan menarik yang mendorong konsumen untuk untuk tinggal lebih lama di toko dan menghabiskan uang lebih banyak. Dengan terus tumbuhnya belanja online, pusat perbelanjaan perlu melakukan retail-tainment dan membuat barang dagangan mereka menawarkan pengalaman lebih bagi konsumen. Para peretail yang melakukan ini akan dapat menarik dan mempertahankan trafik pembeli,” ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini