Sukses


Keuntungan Investasi Properti di Kawasan Margonda

Bagi kalangan investor membidik lokasi properti sudah menjadi hal yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk membeli.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi kalangan investor, mengetahui prospek suatu lokasi properti adalah hal wajib sebelum membeli properti tersebut. Alasan utama mengapa lokasi selalu menjadi hal penting, karena lokasi dapat menentukan peluang besar kecilnya keuntungan di masa depan.

Lokasi yang berdekatan dengan fasilitas umum seperti akses tol menuju pusat bisnis, pusat perbelanjaan seperti mal, sarana pendidikan, fasilitas kesehatan, dan jarak dengan pusat kota menjadi indikasi peluang investasi di bidang properti.

Selain dilihat dari lokasi yang sudah pasti, prospek investasi juga bisa dilihat dari rencana pengembangan infrastruktur di kawasan tersebut. Kawasan semacam ini disebut kawasan sunrise property. Pembangunannya belum maksimal tetapi terus berlangsung dan terencana dalam jangka panjang.

Pada kawasan sunrise property, bisa saja kawasan properti yang dimaksud masih sepi saat ini, namun jika di situ terdapat rencana pembangunan jalan tol, mal, pelebaran jalan, hingga akses tembusan ke pusat kota, maka peluang investasi di kawasan ini cukup besar, bahkan bisa lebih besar ketimbang di kawasan yang sudah mapan.

Di kalangan pengembang, sunrise property ditandai dengan maraknya pembangunan kawasan sub-urban yang mengedepankan konsep one stop living.

Konsep one stop living adalah konsep hunian yang strategis dan mudah dijangkau, serta dekat dengan tempat-tempat publik seperti pusat perkantoran, pendidikan, kesehatan, dan hiburan.

Konsep ini menjadi favorit masyarakat yang tinggal di perbatasan kota besar seperti Jakarta namun bekerja di Jakarta, atau yang dikenal dengan sebutan masyarakat komuter.

Margonda, Depok, adalah salah satu kawasan sunrise property. Daerah ini mulai ramai oleh pembangunan properti hunian vertikal yang memiliki lokasi yang menjual. Jantung Kota Belimbing ini tidak hanya menjadi pusat komersil, tetapi juga menjadi pusat pendidikan.

Lokasi ini juga memiliki dua stasiun commuter line, yang lokasinya langsung menuju pusat pendidikan dan komersil tadi. Bagi masyarakat komuter yang setiap hari harus mengais rejeki di Ibu Kota, Depok adalah lokasi yang tepat untuk dijadikan sebagai hunian masa depan.

Persaingan promosi cukup ketat

Maraknya pembangunan hunian vertikal di Depok oleh pengembang besar seperti Pesona Group Development ternyata membawa persaingan yang cukup ketat oleh pengembang sedang.

Achmad Reza Arbain, Marketing Manager Apartemen Grand Zamzam Towers dari KSO Griya Sarana Jaya Property mengatakan persaingan properti hunian vertikal di Depok cukup ketat, khususnya di kawasan Margonda. Saat ini, harga tanah di Margonda yang berkisar Rp 20 juta-Rp 30 juta per meter persegi.

Namun proses pembangunan properti di Margonda kian menantang setelah keluarnya Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Depok.

"Jadi harus kuat-kuat deh mengurusinya agar bisa mendapat IMB. Tidak hanya itu, bangunan apartemen juga harus memiliki sejumlah syarat seperti ruang terbuka evakuasi. Sepele memang, tetapi masalah ini yang sering dielakkan oleh pengembang apartemen," " tutur  Reza yang dikutip dari laman Rumah.com, Rabu (16/3/2016)

Menurut Reza, tidak semua pengembang mendapatkan IMB di Margonda. Selain ketatnya proses perizinan, pengembang juga dituntut untuk memberikan terobosan yang baru, dan memiliki dampak yang positif bagi Kota Depok.

"Apartemen Grand Zamzam Towers yang menjadi proyek kami, memiliki keunggulan dalam hal rencana tata ruang pembangunan. Salah satu site plan kami adalah akan membuat masjid besar seluas 1.500 meter persegi, yang disepakati menjadi ikon masjid Kota Depok," tambah Reza.

Calon pembeli diproyeksikan akan mendapatkan capital gain sebesar 9 persen-10 persen per tahun. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi adanya pembangunan seperti renovasi terminal Depok yang akan rampung tahun 2018.

Terminal Depok yang berlokasi sekitar 3,8 kilometer dari Apartemen Grand Zamzam ini akan diproyeksinya menjadi pusat bisnis berupa hotel dan terminal yang langsung terintegrasi dengan Stasiun Depok Baru.

Reza menjelaskan bahwa pembeli menjadi antusias setelah mengetahui target pasar apartemennya. Prospek investasi terbesar Grand Zamzam adalah untuk disewakan kembali. Sasarannya adalah mahasiswa, pebisnis, dan pekerja di Ibu Kota.

Investor datang tidak hanya berasal dari Depok, tetapi juga luar Depok, seperti Jakarta, Bekasi, dan bahkan dari Padang, Sumatra Barat.

"Kami selalu melakukan survei perbandingan harga sewa per unit di beberapa apartemen kawasan Margonda. Hasilnya, rata-rata harga sewa yang ditawarkan sebesar Rp3,5 juta – Rp4 juta per bulan. Mendengar nominal tersebut, 900 unit pada tower pertama akhirnya berhasil terjual di tahun 2013," papar Reza dengan penuh semangat.

Ditanya mengenai harga penawaran tiap unit apartemen, Reza menganggap rendah tingginya harga jual apartemen di Margonda nyaris sama. Akan tetapi yang membedakan adalah strategis pemasaran dari pengembang itu sendiri.

Pengembang berlomba untuk memberikan kemudahan membayar uang muka dan kelebihan-kelebihan lain yang menguntungkan dalam jangka panjang, seperti tunjangan hari tua, cash back, dan paket umroh.

"Menurut saya dengan penawaran menarik seperti itu, calon investor sangat leluasa memprediksi dan mengukur keuntungan yang akan diperoleh nantinya," tambah Reza. (Kantri/Ahm)

Featur picture: Perumahan Grand Zamzam Towers di Margonda Depok

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.